Senin, 28 April 2014

struktur sosial masyarakat nelayan di Wirsi Manokwari Papua barat





BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Masyarakat merupakan struktur dan proses sosial yang perlu dipelajari dengan seksama dan mendalam. Bentuk-bentuk masyarakat sangat beragam dan luas cakupannya. Antara masyarakat satu dan lain berbeda, sehingga menimbulkan adanya perbedaan sosial dalam masyarakat. Begitu pula dengan struktur dan proses sosial di dalamnya, karena hal itu kita terjun langsung ke lapangan, agar apa yang di teliti dapat diyakini kebenarannya.
Lokasi pengamatan struktur dan proses sosial dilakukan di lingkungan masyarakat kawasan Wirsi Manokwari, Papua Barat khususnya RT 02/06 yakni bersebelahan dengan daerah Arkuki dimana sebelah baratnya adalah Wirsi RT 03/06 dan sebelah timur yaitu Fanindi Pantai, selatan berbatasan dengan laut dan utara berbatasan dengan Wirsi RT 01/06.
            Kawasan ini memiliki 81 Kepala Keluarga dengan profesi yang beragam diantaranya Pegawai Negeri, Pegawai honorer, Pedagang, termasuk juga Nelayan.
            Masyarakat yang mendiami wilayah tersebut berasal dari beberapa suku yang berbeda-beda dan saling berbaur, suku-suku tersebut diantaranya suku Biak, suku Ambon, suku Buton, dansSuku Toraja.
1.2 Tujuan Pengamatan
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
·         Untuk mengetahui struktur dan proses sosial kawasan Wirsi.
·         Untuk memberikan tambahan wawasan sosial bagi pembaca.
·         Agar pembaca dapat mengidentifisikasi atau mengadakan pengolahan fakta sosial yang ada dalam masyarakat.




BAB II
ISI
2.1 Pengamatan (Observasi) dan Hasil Interview
            Pengamatan yang dilakukan yaitu pada kawasan Wirsi Manokwari, Papua Barat. Kawasan ini terbagi menjadi beberapa RT namun kami memfokuskan pada RT 02/06.  RT 02/06 diketuai oleh Bapak Esron Sawor yang berprofesi sebagai Guru di salah satu sekolah di Manokwari. Kawasan ini memiliki 81 Kepala Keluarga dengan beragam profesi yakni ada yang sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), polisi, pedagang, dan beberapa adalah nelayan.
            Kawasan ini didiami oleh beberapa suku yang saling berbaur diantaranya yaitu suku Biak, suku Toraja, suku Buton, dan suku Ambon. Agama dominansi kawasan ini yaitu Agama Kristen Protestan, namun ada juga yang beragama Katolik dan Islam. Kawasan ini tidak memiliki masjid maupun mushola, tidak memiliki lembaga adat maupun koperasi, namun hanya ada gereja dengan perkumpulannya yaitu KSP, PAM, PW, PKB dan termasuk dalam gereja rayon 2.
Berbicara mengenai kehidupan nelayan dikawasan ini, nelayan termasuk golongan terkecil maksudnya adalah hanya terdapat beberapa penduduk yang bekerja sebagai nelayan di kawasan ini dan jumlahnya ± 10 orang dikarenakan hanya nelayan yang memiliki perahu saja yang dapat ke laut mencari ikan, sedangkan yang lain hanya mencari didaerah pesisir.
 Nelayan kawasan ini masih tergolong nelayan tradisional dikarenakan alat yang mereka gunakan masih seutuhnya menggunakan tenaga manusia seperti pancing dan jaring, bahkan alat yang digunakan untuk melaut juga masih menggunakan perahu dayung tanpa penggerak motor.
Hasil perikanan yang paling banyak didapat yaitu ikan pasir, ikan julung, bia. Dari hasil perikanan tersebut sebagian besar di konsumsi, namun jika hasil yang ditangkap lebih maka masyarakat akan langsung menjualnya dipasar atau di kawasan itu sendiri.
 Nelayan ini tergabung menjadi 1 kelompok nelayan yang modal penangkapannya berasal dari usaha masing-masing per-orang, dikarenakan sejak kawasan ini ada, belum sama sekali ada bantuan dari dinas perikanan terkait nelayan di kawasan ini sehingga masyarakat nelayan tergantung dari modal sendiri (usaha sendiri).
            Menurut narasumber hanya RT 02/06 saja yang belum pernah mendapat bantuan dari dinas terkait yang mungkin dikarenakan jumlah nelayan yang sedikit.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Struktur sosial merupakan susunan unsur-unsur sosial yang pokok dalam masyarakat, yaitu kelompok, kelas sosial, nilai dan norma sosial, dan lembaga sosial. Proses yaitu cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Atau dengan kata lain proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama.
 Dari segi diferensiasi sosial jika dipandang dari segi ras dan suku bangsa, sudah pasti tidak ada perbedaan di antara mereka. Namun seperti yang telah diterangkan pada bab pembahasan, dalam segi agama, mereka berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Saat kita berada disana maka kita hanya akan menemui gereja. Ini bukti bahwa kawasan wirsi ini sangat plural dalam segi agama. Sisi baiknya dari hal ini adalah tidak ada konflik beda agama dalam masyarakat. Masyarakat saling berintegrasi dan saling toleransi dalam hal agama. Sedangkan dari segi pekerjaan nelayan merupakan yang paling minoritas di antara pekerjaan lainnya.

3.2 Rekomendasi (Saran)
            Baiknya pemerintah maupun dinas terkait lebih memperhatikan masyarakat-masyarakatnya khusunya jika kita berbicara mengenai masyarakat nelayan, agar kedepannya nelayan dapat menghasilkan hasil tangkapan yang layak di masyarakat umum.


Daftar Pustaka



Tidak ada komentar:

Posting Komentar