Sabtu, 22 Februari 2014

Nekton


NEKTON
Nekton merupakan kelompok organisme yang tinggal di dalam kolom air, baik diperairan tawar maupun di laut. Nekton sendiri adalah hewan-hewan laut yang dapat bergerak aktif dalam kolom air, seperti ikan bertulang rawan, keras dan lain-lain. Nekton(hewan) laut sebagian besar terdiri dari tiga kelas :
  1. Vertebrata, bentuk kontribusi terbesar, hewan-hewan ini juga didukung oleh tulang atau tulang rawan.
  2. Moluska, merupakan hewan seperti cumi-cumi dan kerang.
  3. Crustacea, adalah hewan seperti lobster dan kepiting.
Ekosistem laut dalam merupakan kesatuan interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya yang terjadi di laut dalam (deep sea) yang memiliki kedalam >300 meter.
Bagian pelagik laut dalam didominasi oleh ikan-ikan kecil dari famili  Myctophidae, Gonostomatidae, dan Sternoptychidae, serta krustasea dari ordo Euphausiacea dan Decapoda.
Kondisi  lingkungan laut dalam memaksa organisme penghuninya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, atau beradaptasi. Salah satu adaptasi yang dapat di amati yaitu warna. Ikan-ikan mesopelagik khususnya cenderung berwarna abu-abu keperakan atau hitam kelam, sebaliknya invertebrata mesopelagik berwarna ungu atau merah cerah, tetapi karena organisme ini hidup dalam suasana gelap, maka akan terlihat gelap atau hitam meskipun warna aslinya yaitu merah cerah, hal ini dikarenakan merah adalah warna yang pertama di adsorbsi oleh air laut.
Adapatasi yang lain yaitu adanya sepasang mata yang besar, jika dibandingakan dengan besarnya tubuh, ukuran mata jauh lebih besar. Pada umumnya ikan yang hidup kurang dari 2000 meter yang mempunyai mata besar serta ada korelasi antara ukuran mata yang besar dengan adanya organ-organ penghasil cahaya. Mata yang besar memberikan kemampuan maksimum untuk mendeteksi cahaya di dalam perairan dimana intensitas cahaya sangat rendah, dan mungkin diperlukan juga untuk dapat mendeteksi cahaya berintensitas rendah yang rendah yang dihasilkan oleh organ-organ penghasil cahaya, ikan juga memiliki penglihatan senja yang peka karena adanya pigmen rodopsin dan tingginya kepadatan batang retina.
            Sedangkan ikan yang menghuni kedalaman-kedalaman lebih dari 2000 meter atau ikan yang hidup di zona abisal pelagik dan hadal pelagik memiliki mata yang sangat kecil atau bahkan tidak bermata, karena untuk hidup di lingkungan yang gelap gulita mata tidak digunakan.
            Adaptasi lainnya yaitu mata yang berbentuk pipa (tubular). Mata ikan ini berbentuk pipa silinder pendek berwarna hitam dengan sebuah lensa tembus cahaya berbentuk setengah lingkaran di puncak silinder. Hal ini berfungsi untuk melihat objek-objek dekat pada pangkal silinder dan jauh pada dinding silinder.
            Diantara jenis invertebrata terdapat cumi-cumi dari family Histioteuthidae yang memiliki adaptasi aneh yaitu, mata yang satu lebih besar dari yag lainnya, juga memiliki banyak organ fotofor atau penghasil cahaya. Jenis ini hidup pada kedalaman mesopelagik antara 500-700 m. Dianggap bahwa mata yang besar berfungsi untuk mengumpulkan cahaya remang-remang dari arah permukaan laut dan mata yang kecil mengadakan respon terhadap cahaya yang dihasilkan fotofor-fotofor.
            Ikan laut dalam juga mempunyai jenis adaptasi lainnya yaitu memiliki mulut yang besar, relatif lebih besar dari ukuran tubuhnya. Dalam mulut terdapat gigi-gigi yang panjang  dan melengkung ke arah tenggorokan dimaksudkan agar apa yang tertangkap tidak akan keluar lagi dari mulut. Mulut ini dihubungkan oleh suatu engsel sehingga memungkinkan untuk memangsa pakan yang ukurannya lebih besar dari tubuhnya.
            Ada lagi yang menjadikan dirinya sebagai perangkap menggunakan suatu bagian dari sirip dorsal yang telah termodifikasi sebagai umpan yaitu pada jenis ikan pemancing (Ceratoidea). Umpan ini berbentuk suatu organ penghasil cahaya.
            Ukuran tubuh organisme laut dalam merupakan suatu paradoks, dapat diduga bahwa ikan-ikan laut dalam berukuran kecil, sebaliknya pasa kelompok invrtrbrata tertentu khususnya amfipoda, isopoda, ostrakoda, misid, dan kopepoda berukuran jauh lebih besar dari pada yang berada pada perairan dangkal. Keadaan dimana ukuran membesar dengan meningkatnya kedalaman dikenal dengan istilah “gigantisme abisal”.
            Beberapa ikan laut dalam memiliki sirip yang panjang dan sempit yang berfungsi untuk mengangkat tubuhnya di atas permukaan sedimen lunak. Childress dan Nygaard (1973) melaporkan bahwa pada ikan kandungan air dalam jaringan-jaringan tubuhnya meningkat dengan meningkatnya kedalaman, sedangkan kadar lipida dan protein menurun. Dianggap penurunan ini disebabkan oleh langkahnya makanan yang diperlukan untuk membuat protein serta kandungan kalori juga menurun.
Sumber : Nybakken (1988)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar