NEKTON
Nekton merupakan kelompok
organisme yang tinggal di dalam kolom air, baik diperairan tawar maupun di
laut. Nekton sendiri adalah hewan-hewan laut yang dapat bergerak aktif dalam
kolom air, seperti ikan bertulang rawan, keras dan lain-lain. Nekton(hewan)
laut sebagian besar terdiri dari tiga kelas :
- Vertebrata, bentuk kontribusi terbesar, hewan-hewan ini juga didukung oleh tulang atau tulang rawan.
- Moluska, merupakan hewan seperti cumi-cumi dan kerang.
- Crustacea, adalah hewan seperti lobster dan kepiting.
Ekosistem laut
dalam merupakan kesatuan interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya yang
terjadi di laut dalam (deep sea) yang memiliki kedalam >300 meter.
Bagian pelagik laut dalam didominasi
oleh ikan-ikan kecil dari famili
Myctophidae, Gonostomatidae, dan Sternoptychidae, serta krustasea dari
ordo Euphausiacea dan Decapoda.
Kondisi
lingkungan laut dalam memaksa organisme penghuninya untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya, atau beradaptasi. Salah satu adaptasi yang dapat di
amati yaitu warna. Ikan-ikan
mesopelagik khususnya cenderung berwarna abu-abu keperakan atau hitam kelam,
sebaliknya invertebrata mesopelagik berwarna ungu atau merah cerah, tetapi
karena organisme ini hidup dalam suasana gelap, maka akan terlihat gelap atau
hitam meskipun warna aslinya yaitu merah cerah, hal ini dikarenakan merah
adalah warna yang pertama di adsorbsi oleh air laut.
Adapatasi yang lain yaitu adanya sepasang mata yang besar, jika
dibandingakan dengan besarnya tubuh, ukuran mata jauh lebih besar. Pada umumnya
ikan yang hidup kurang dari 2000 meter yang mempunyai mata besar serta ada
korelasi antara ukuran mata yang besar dengan adanya organ-organ penghasil
cahaya. Mata yang besar memberikan kemampuan maksimum untuk mendeteksi cahaya
di dalam perairan dimana intensitas cahaya sangat rendah, dan mungkin
diperlukan juga untuk dapat mendeteksi cahaya berintensitas rendah yang rendah
yang dihasilkan oleh organ-organ penghasil cahaya, ikan juga memiliki
penglihatan senja yang peka karena adanya pigmen rodopsin dan tingginya
kepadatan batang retina.
Sedangkan
ikan yang menghuni kedalaman-kedalaman lebih dari 2000 meter atau ikan yang
hidup di zona abisal pelagik dan hadal pelagik memiliki mata yang sangat kecil
atau bahkan tidak bermata, karena untuk hidup di lingkungan yang gelap gulita
mata tidak digunakan.
Adaptasi
lainnya yaitu mata yang berbentuk pipa
(tubular). Mata ikan ini berbentuk pipa silinder pendek berwarna hitam
dengan sebuah lensa tembus cahaya berbentuk setengah lingkaran di puncak
silinder. Hal ini berfungsi untuk melihat objek-objek dekat pada pangkal
silinder dan jauh pada dinding silinder.
Diantara
jenis invertebrata terdapat cumi-cumi dari family Histioteuthidae yang memiliki
adaptasi aneh yaitu, mata yang satu lebih besar dari yag lainnya, juga memiliki
banyak organ fotofor atau penghasil cahaya. Jenis ini hidup pada kedalaman
mesopelagik antara 500-700 m. Dianggap bahwa mata yang besar berfungsi untuk
mengumpulkan cahaya remang-remang dari arah permukaan laut dan mata yang kecil
mengadakan respon terhadap cahaya yang dihasilkan fotofor-fotofor.
Ikan
laut dalam juga mempunyai jenis adaptasi lainnya yaitu memiliki mulut yang
besar, relatif lebih besar dari ukuran tubuhnya. Dalam mulut terdapat gigi-gigi
yang panjang dan melengkung ke arah
tenggorokan dimaksudkan agar apa yang tertangkap tidak akan keluar lagi dari
mulut. Mulut ini dihubungkan oleh suatu engsel sehingga memungkinkan untuk
memangsa pakan yang ukurannya lebih besar dari tubuhnya.
Ada
lagi yang menjadikan dirinya sebagai perangkap menggunakan suatu bagian dari
sirip dorsal yang telah termodifikasi sebagai umpan yaitu pada jenis ikan
pemancing (Ceratoidea). Umpan ini berbentuk suatu organ penghasil cahaya.
Ukuran
tubuh organisme laut dalam merupakan suatu paradoks, dapat diduga bahwa
ikan-ikan laut dalam berukuran kecil, sebaliknya pasa kelompok invrtrbrata
tertentu khususnya amfipoda, isopoda, ostrakoda, misid, dan kopepoda berukuran
jauh lebih besar dari pada yang berada pada perairan dangkal. Keadaan dimana
ukuran membesar dengan meningkatnya kedalaman dikenal dengan istilah “gigantisme abisal”.
Beberapa
ikan laut dalam memiliki sirip yang panjang dan sempit yang berfungsi untuk
mengangkat tubuhnya di atas permukaan sedimen lunak. Childress dan Nygaard
(1973) melaporkan bahwa pada ikan kandungan air dalam jaringan-jaringan
tubuhnya meningkat dengan meningkatnya kedalaman, sedangkan kadar lipida dan
protein menurun. Dianggap penurunan ini disebabkan oleh langkahnya makanan yang
diperlukan untuk membuat protein serta kandungan kalori juga menurun.
Sumber : Nybakken (1988)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar